Suatu kali seorang syahid ditanya, "Mengapa engkau memburu syahid, bukankah engkau belum berbuat banyak untuk Islam?"

Ia menjawab, "Lihatlah apa yang telah diberikan oleh saudara-saudara yang syahid sebelumnya. Nyawa kita adalah yang paling berharga yang bisa kita berikan."

“Dzarwatus-sanam (puncak tertinggi) Islam adalah jihad, tidak akan mencapainya kecuali orang yang paling utama di antara mereka.” (Hadits Riwayat Thabrani)

Dari Miqdam bin Ma’dikarib berkata, Rasulullah SAW bersabda,

”Seorang syahid di sisi Allah mendapatkan tujuh keistimewaan: Allah mengampuni dosanya sejak awal perjalanan jihadnya, diperlihatkan tempat tinggalnya di surga, dipelihara dari siksa neraka, diberi rasa aman dari guncangan terbesar(hari kiamat), diletakkan di atas kepalanya sebuah mahkota mutu manikam, disana ia lebih baik dari dunia dan seisinya, dinikahkan dengan tujuh puluh dua bidadari surga, dan dapat memberi syafa’at kepada tujuh puluh anggota keluarganya.” (HR. Tarmidzi dan Ibnu Majah)

Rasulullah bersabda :

”Tatkala saudara-saudara kalian tertimpa ajal, Allah menjadikan ruh-ruh mereka dalam jasad burung hijau, mereka mendatangi sungai-sungai surga, memakan buah-buahannya dan tinggal di lampu-lampu emas yang tergantung di bawah naungan‚ Arsy. Ketika mereka mendapati makanan, minuman dan tempat istirahat yang sangat nyaman, berujarlah mereka: ‚Siapakah yang akan menyampaikan kepada saudara-saudara kita tentang keadaan kita, bahwa kita ini hidup di dalam surga diberi rizki, agar mereka tidak membenci jihad ataupun merasa lesu dan enggan berperang?’

Maka berkatalah Allah Ta’ala :’Aku yang akan menyampaikan kepada mereka tentang keadaan kalian.’ Kemudian Allah `Azza wa Jalla menurunkan ayat : Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati, bahkan mereka itu hidup di sisi Rabbnya dengan mendapat rizki.“ (Ali Imran: 169)

(Hadits Riwayat Abu Daud dan Al-Hakim)

“Orang yang mati syahid tiada merasakan sentuhan kematian melainkan hanya seperti salah seorang di antara kalian merasakan dicubit.” (Hadits Riwayat Tirmidzi, Nasa’i, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban)

Hari demi hari berlalu dan ajal semakin mendekat, sementara belum pernah kaki ini berdebu dalam jihad di jalan Allah, belum pernah mata ini berjaga dalam ribath di jalan Allah, belum pernah tubuh ini berdarah-darah di jalan Allah. Ya Allah, kapankah orang yang lemah seperti kami merasakan kemuliaan jihad?